INFO DAN CARA MENANAM TANAMAN SAMBANG NYAWA
Tanaman sambang nyawa
(Gynura procumbens) termasuk ke dalam suku Asteraceae, dan pada
beberapa daerah dikenal dengan sebutan ngokilo. Sambang nyawa merupakan
salah satu tanaman obat yang cukup potensial untuk dikembangkan
berfungsi untuk menurunkan kadar gula darah, gangguan pada kantong
kemih, menurunkan panas, menghilang-kan rasa nyeri pada pembengkakan,
dan juga penyakit ginjal. Sebuah hasil penelitian menyatakan bahwa
ekstrak etanol daun sam-bang nyawa mampu menghambat pertumbuhan tumor
pada mencit karena diinfus dengan benzpirena. Lebih jauh dinyatakan
bahwa pada dosis 2,23 mg/0,2 ml dan 4,46 mg/0,2 ml dari ekstrak heksan
mampu menghambat pertumbuh-an kanker. Sambang nyawa bersifat manis,
tawar, dingin dan sedikit toksik. Rasa manis mempunyai sifat menguatkan
(tonik) dan menyejukkan.
sambang nyawa dapat tumbuh di selokan, pagar rumah, ping-giran hutan,
padang rumput dan ditemukan pada ketinggian 1 - 1.200 m dpl, tumbuh di
dataran yang beriklim sedang sampai basah dengan curah hujan 1.500 –
3.500 mm/tahun dan tumbuh baik pada tanah yang agak lembab sampai lembab
dan subur.
Tanaman ini diklasifikasikan sebagai berikut :
- Divisi : Spermatophyta
- Sub divisi : Angiospermae
- Kelas : Dicotyledonae
- Bangsa : Asterales
- Suku : Compositae
- Marga : Gynura
- Jenis : Gynura procumbens Lour Merr.
- Nama umum/dagang : sambung nyawa
- Nama daerah : beluntas cina, daun dewa (Melayu)
Sambang nyawa
merupakan ta-naman semak semusim dengan ting-gi 20 - 60 cm. Batangnya
lunak, de-ngan penampang bulat, berwarna hijau keunguan. Daun sambang
nyawa tunggal, bentuk bulat telur dan berwarna ungu kehijauan, tepi daun
rata atau agak bergelombang, panjang mencapai 15 cm lebar 7 cm. Daun
bertangkai, letak berseling, berdaging, ujung dan pangkal me-runcing,
serta pertulangan menyirip dan berakar serabut. Tanaman ini tidak
berbunga dan berbuah.
Penanaman tanaman sambang nyawa
Perbanyakan sambang nyawa di-lakukan dengan menggunakan bahan tanaman
setek batang dan tunas akar. Setek batang yang digunakan ber-ukuran
panjang 15 - 20 cm. Bila menggunakan tunas akar dilakukan dengan
mencabut atau memisahkan tunas dari tanaman induk. Penanam-an tunas
dilakukan seperti pada stek batang. Media tanam yang diguna-kan adalah
campuran tanah + pupuk kandang dengan perbandingan 1 : 1. Tanaman
sebaiknya mendapat naungan dengan mendapatkan in-tensitas sinar matahari
sekitar 60%. Penyiraman dilakukan setiap hari de-ngan lama penyemaian 2
- 3 bulan.
Jarak tanam yang ideal 50 x 75 cm, panjang disesuaikan dengan lahan dengan lubang tanam 20 x 20 x 20 cm
Pemupukan tanaman sambang nyawa
Pemupukan menggunakan pupuk organik berupa pupuk kandang atau kompos.
Pupuk diberikan 5 g setiap tanaman dan diberikan 3 - 7 hari sebelum
penanaman. Pemupukan lanjutan dapat diberikan gandasil-D dengan dosis
0,2 sampai 0,3 %.
Organisme pengganggu tanaman sambang nyawa
Dijumpai 4 jenis hama yang me-nyerang tanaman ini, yakni Plococ-cus sp.,
Sylepta chinensis, Ularchis miliaris, dan Acrida turhita. Serang-an
yang ditimbulkan terlihat dengan penampilan daun yang hanya tinggal
tulangnya atau daun yang berlubang-lubang. Untuk mengurangi serangan
hama dilakukan pengendalian secara organik dan dapat digunakan mulsa
yang berasal dari daun orok-orok kebo dan daun lamtoro
Perbanyakan tanaman melalui kultur in vitro
Aplikasi teknologi dengan cara kultur jaringan dapat juga diterapkan
untuk memperoleh bahan tanaman seragam secara cepat dan mendapat-kan
tanaman yang bebas penyakit serta dapat juga diterapkan teknik
penyimpanan plasma nutfah. Media untuk multiplikasi tunas sambang nyawa
adalah Murashige dan Skoog yang dapat diperkaya dengan Benzil Adenin
pada konsentrasi 0 sampai 1 mg/l. Penggunaan media MS tanpa zat pengatur
tumbuh dapat diterap-kan pada tahap awal kultur, karena tingginya
kandungan auksin en-dogen, dan pada media tersebut menghasilkan jumlah
tunas rata-rata 5,4 setelah masa kultur 2 bulan (Gambar 1). Penambahan
BA pada media dilakukan setelah memasuki umur kultur 2 tahun, bila tidak
ada penambahan zat pengatur tumbuh, daya multiplikasi tunas rendah.
Sambang nyawa diduga memiliki kandungan hormon endogen yang cukup untuk
multiplikasi tunas
Media perakaran terbaik adalah MS + IAA 0,1 dengan panjang akar 9,3 cm
dan jumlah daun 12/tunas. Akar yang terbentuk tidak hanya dipangkal
batang, tetapi juga terbentuk rambut akar yang ditemu-kan pada ruas-ruas
batang. Plantlet yang telah terbentuk selanjutnya diaklimatisasi di
rumah kaca dapat menggunakan media pupuk kan-dang, sekam atau kompos
selama 4 minggu. Keberhasilan aklimatisasi menggunakan pupuk kandang +
tanah (1 : 1) mencapai 90%.
Dari hasil perbanyakan in vitro dengan menggunakan tunas pucuk pada
media MS dengan kadar gula 0,10 dan 20 g/l, ternyata tunas memiliki
kemampuan tumbuh yang hampir sama dengan tunas yang ditanam pada media
yang mengan-dung gula 10 dan 20 g/l, bahkan akar terbentuk 5 - 7 hari
setelah penanam-an.
Penyimpanan secara in vitro dalam keadaan tumbuh dapat di-lakukan dengan
menggunakan media perbanyakan (MS + BA0,1 mg/l) ataupun menggunakan
media peng-hambat. Media perbanyakan yang digunakan adalah MS dengan
kon-sentrasi BA 0,1 mg/l dapat pula di-terapkan pada tanaman. Pembaruan
media kultur dapat dilakukan sekali 8 bulan, dalam kondisi media yang
telah berkurang dan penampilan ta-naman yang memperlihatkan adanya daun
yang mulai menguning. Saat ini umur kultur sambang nyawa telah memasuki
periode 3 tahun kultur. Sedangkan bila menggunakan media penghambat
paclobutrazol dan ABA serta secara enkapsulasi penyimpan-an dapat
berlangsung sampai 6 bulan.
Kandungan kimia
Kandungan kimia yang ditemu-kan pada tanaman ini adalah sa-ponin,
flavanoida seperti asam kloro-genat, asam kafeat, asam p-kumarat, asam
p-hidroksibenzoat dan asam vanilat. Daun sambang nyawa me-ngandung
minyak atsiri 0,05% mi-nyak atsiri dengan komponen utama germakrena β
(23,71%), β-kadinena (20,19%) dan sedicanol (22,42%). Dengan menggunakan
metode per-hitungan secara Reed-Muench di-ketahui bahwa LD50 ekstrak
etanol daun sambang nyawa sebesar 5.556 g/kg BB. Jika diasumsikan berat
badan orang dewasa rata-rata 50 kg, LD50 tercapai jika mengkonsumsi
sebanyak 27,78 g ekstrak atau lebih kurang sama dengan daun sambung
nyawa segar sejumlah 277 g. Jadi jika kita mengkonsumsi daun sam-bung
nyawa 6 - 15 lembar sehari, kondisi ini masih aman.
Panen dan pengolahan simplisia
Panen pertama dilakukan saat tanaman berumur sekitar 4 bulan. Pemanenan
dilakukan dengan cara memetik atau memangkas daun sebanyak 4 - 5 helai
ke arah puncak. Pada budidaya sambang nyawa secara monokultur dapat
diproduksi daun segar 50,75 ton/ha.
Daun yang dipanen dapat dikon-sumsi segar dalam bentuk lalaban atau
dibuat urap dan dapat juga disimpan dalam bentuk simplisia. Simplisia
dibuat dengan cara me-ngiris daun dan dijemur selama be-berapa hari
untuk mengurangi kadar air. Dapat pula dilakukan dengan cara pengeringan
pada oven pada suhu 400C, selama 5 hari diperoleh simplisia sebesar
4,25 ton/ha dengan kadar air 8%, kadar sari larut dalam etanol sebesar
6%, kadar sari larut dalam air sebesar 30% serta kadar ekstrak etanol
sebesar 5,1%. Sim-plisia daun yang dihasilkan berwarna hijau
kecokelatan, berbau harum dan berasa sedikit asam. Simplisia
se-lanjutnya digerus dan diayak. Bagian yang halus selanjutnya disimpan
dalam bentuk kapsul dan siap di-konsumsi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar